Biografi Pahlwan Tuanku Imam Bonjol Dan Semangat Patriotismenya

Nama  Pahlawan  :Tuanku Imam Bonjol
Nama Kecil      : Peto Syarif Ibnu Pandito                                            Bayanuddin
Lahir      : Bonjol , Pasaman Sumatra Barat                                1772
Wafat      : Lotak, Pineleng, Minahasa,                                        Manado 6 November 1864
Usia              : 92 Tahun
SK Pahlwan     : RI Nomor 087/TK/Tahun 1973,                                  tanggal 6 November 1973











Biografi Pahlwan Aceh-Tuan Ku Imam Bonjol Sosok yang pemberani dan taat ber Agama, nilai-nilai luhur yang dijalankannya dengan mengikuti ajaran dan syariat Islam yang sesuai dengan Al-quran dan Hadist Nabi. Kesederhanaannya dalam memandang dunia dan kecintaanya terhadapt tanah airnya menjadikan beliau sosok yang pahlawan dan sekaligus pendakwah yang bijaksana dan arif.

Nama Tuan ku Imam Bonjol adalah  bukan nama asli yang ia sandang dari kecil, namun merupakan sebutan atau gelar yang diberikan kepada  masyarakat  Sumatra khusus untuk pada ulama atau guru-guru Agama Islam pada khususnya. Atau yang sekarang lebih dikenal dengan  sebutan "Kyai" untuk masyarakat Jawa atau Tuan Syech untuk orang Nusa Tenggara.

Tuan ku Imam belajar menekuni agama pada mulanya kepada ayahnya sendiri yang bernama Buya Nudin dan diteruskan kepada ulama-ulama setempat seperti Tuanku Nan Renceh. Pemikirannya yang kritis dan maju membuat beliau berinisiatif ingin mendirikan Negara sendiri yaitu Negara Bonjol dengan berprinsip dan perpegang teguh pada syariat Islam yang kaffah. Bersumber dari Al-quran dan Hadist.

Karena keadan pada waktu itu msayarakatnya masih senang dengan perjudian dan sabung ayam. Serta masih banyak masyarakat kecil yang susah karena adanya madat ,madon serta budaya-budaya yang lain yang dilarang dalam syariat Islam.

Biografi Pahlwan Tuanku Imam Bonjol Dan Semangat Patriotismenya

Namun upaya  tersbut ditentang oleh masyarakat Adat yang dipimpin oleh Raja Pagaruyung. Sehingga tatanan masyarakat saat itu terpecah menjadi dua yang disebut dengan Kaum Adat dan Kaum Padri . Kaum Padri sendiri adalah julukan dari kaum santri dan ulama yang mendukung rencana Tuanku Imam Bonjol tersebut.

Sehingga meletuslah perang Padri yang dikenal sepanjang sejarah sekitar tahun 1803-1837. Semula perang Padri hanya melibatkan Masyarakat sekita atau bisa disebut hanya perang saudara saja. Namun karena pihak Kaum Adat kuwalahan menghadapi Tuanku Imam Bonjol dengan strategi perangnya yang tangguh. Sehingga Raja Pagaruyung mengundang pihak Belanda untuk bekerjasama memerangi Kaum Padri.

Dan atas undangan itu pihak Belanda mulai berdatangan dan menjalin kerjasama dengan kaum Adat pada tahun 21 Februari 1821 dengan imbalan menyerahkan wilayah Darek (Daerah pedalaman Minangkabau). Perjanjian ini di sepakali didaerah Padang dengan dihadiri oleh keluarga Dinasti Pagaruyung di bawah pimpinan Sultan Muningsyah yang selamat dari pembunuhan oleh pasukan Paderi yang dipimpin Tuanku Pasaman di Koto Tangah, dekat Batu Sangkar, pada 1815.
Meskipun Kaum Adat dan sekutunya Belanda sudah bekerjasama namun Untuk menghadapi Tuanku Imam Bonjol masih juga mengalami kesulitan baik itu material dan tenaga. Sehingga pda tahun 1824

Belanda mengajak berunding dan berdamai dengan perjanjian " Masang" . Perjanjian ini sebenarnya dibuat karena,  dana yang dikeluarkan Pihak Belanda dalam menghadapi peperangan semakin menipis dan mulai habis . Sebab pada waktu itu banyak peperangan yang dilakukan pihak Belanda dan bersamaa dengan perang melawan Pangeran Diponegoro di Jogya yang menghabiskan banyak keuangan Belanda.

Namun perjanjian tersebut kandas karena perjanjian yang disepakai dan diinginkan Belanda dilanggar sendiri oleh Pihak belanda dengan menyerang Negari Pandi Sikat.
Dan sekitar tahun 1833 peperangan antara kaum Padri dan kaum Adat berubah haluan. Karena timbulnya rasa dan sesaudara.

Sehingga penyesalan akan peperangan yang cuma merugikan kedua belah pihak dan cuma menguntungkan pihak asih yaitu Belanda. Sehingga keduanya menyesali peperanga tersebut dan lahirlah konsesi ikrar "Plakat Tabek Patah" yang isinya mewujudkan konsensus Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah atau Adat berdasarkan Agama , Agama berdasarkan Kitabullah (Al-Qur’an).

Biografi Pahlwan Tuanku Imam Bonjol Dan Semangat Patriotismenya


Sehingga penyesalan besar yang dialami Tuanku Imam Bonjol dalam peperangan hanya melawan sesama orang Mandaling dan Minang ini. Mencetuskan ide untuk mengembalikan perjuangannya yang banyak melenceng dari Ajaran Agama. Sebagaimana ucapan nya " Agama berdasarkan Kitabullah (Al-Qur’an)"- Adapun banyak hukum Kitabullah yang sudah terlangkahi oleh kita. Bagaimana pikiran kalian.

Penyesalan dan perjuangan heroik Tuanku Imam Bonjol bersama pengikutnya melawan Belanda yang mengepung Bonjol dari segala jurusan selama sekitar enam bulan (16 Maret-17 Agustus 1837) juga dapat menjadi apresiasinya akan kepahlawanannya menentang penjajahan[3]. — seperti rinci dilaporkan G. Teitler yang berjudul Akhir Perang Paderi: Pengepungan dan Perampasan Bonjol 1834-1837.

Belanda menyerang benteng kaum Paderi di Bonjol dengan tentara yang dipimpin oleh jenderal dan para perwira Belanda, tetapi yang sebagian besar terdiri dari berbagai suku, seperti Jawa, Madura, Bugis, dan Ambon. Dalam daftar nama para perwira pasukan Belanda adalah Mayor Jendral Cochius, Letnan Kolonel Bauer, Mayor Sous, Kapten MacLean, Letnan Satu Van der Tak, Pembantu Letnan Satu Steinmetz dan seterusnya, tetapi juga nama Inlandsche (pribumi) seperti Kapitein Noto Prawiro, Indlandsche Luitenant Prawiro di Logo, Karto Wongso Wiro Redjo, Prawiro Sentiko, Prawiro Brotto, dan Merto Poero.

Terdapat 148 perwira Eropa, 36 perwira pribumi, 1.103 tentara Eropa, 4.130 tentara pribumi, Sumenapsche hulptroepen hieronder begrepen (pasukan pembantu Sumenap alias Madura). Ketika dimulai serangan terhadap benteng Bonjol, orang-orang Bugis berada di bagian depan menyerang pertahanan Paderi.

Biografi Pahlwan Tuanku Imam Bonjol Dan Semangat Patriotismenya

Dari Batavia didatangkan terus tambahan kekuatan tentara Belanda. Tanggal 20 Juli 1837 tiba dengan Kapal Perle di Padang, Kapitein Sinninghe, sejumlah orang Eropa dan Afrika, 1 sergeant, 4 korporaals dan 112 flankeurs. Yang belakangan ini menunjuk kepada serdadu Afrika yang direkrut oleh Belanda di benua itu, kini negara Ghana dan Mali. Mereka disebut Sepoys dan berdinas dalam tentara Bela

Pada tanggal 16 Agustus 1837 barulah benteng Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda setelah lama dikepung. Untuk menangkap Tuanku Imam Bonjol sendiri, Belanda mengajak Tuanku Imam Bonjol untuk berunding di Palupuh pada bulan Oktober 1837. Di tempat itu ia kemudian ditangkap oleh

Belanda dan kemudian diasingkan di Cianjur, Jawa Barat. Dari Cianjur, ia kemudian dibawa ke Ambon hingga kemudian dipindahkan di Lotak, Minahasa, dekat Manado. Disana Tuanku Imam Bonjol kemudian meninggal dunia pada tanggal 8 November 1864 dan kemudian dimakamkan ditempat tersebut.

Kini Tuanku Imam Bonjol telah tiada, kita sebagai generasi penerus Bangsa seharusnya mampu mencontoh atau seengaknya cinta akan tahan air kita ini . Karena kecinta Tanah Air adalah sebagian dari Iman. Perang Padri memakan waktu kurang lebih 20 tahun. Mari kita saling menjaga dan mengiki kemerdekan ini dan harumkan Nama Bangsa kita.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Biografi Pahlwan Tuanku Imam Bonjol Dan Semangat Patriotismenya"

Posting Komentar